Serumpunsebalai.com, Medan – Para pemenang dan dewan juri Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 berkumpul di Kota Medan, Sumatera Utara yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan Hari Pers Nasional (HPN) 2023.
Momen ini dikemas dalam bentuk seminar Anugerah Jurnalistik Adinegoro yang juga dihadiri mahasiswa berbagai kampus di Kota Medan dan insan pers. Ketua Panitia Tetap Anugerah Jurnalistik Adinegoro, Rita Sri Hastuti mengulas sekilas tentang penghargaan tertinggi karya jurnalistik di Tanah Air ini.
“Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2022 kenapa disebut 2022 bukan 2023 karena yang dinilai adalah karya yang termuat di media massa pada tahun 2022, dari November 2021 hingga November 2022, dan penjurian masuk Desember 2022,” kata Rita Sri Hastuti dalam sambutannya di Ballroom Grand Mercure, Medan, Selasa (7/2/2023).
“Kemudian penyerahan piala dan piagam di tahun 2023 dilakukan pada acara puncak Hari Pers Nasional,” lanjutnya.
Nama Adinegoro dipilih karena beliau adalah pelopor jurnalistik di Tanah Air. Tokoh pers kelahiran Tawali, Sawahlunto ini juga dikenal travel writer atau penulis perjalanan.
“Mengapa Adinegoro? karena Bapak Adinegoro bernama asli Djamaluddin adalah pejuang jurnalistik dan Anugerah Jurnalistik Adinegoro sudah berlangsung sejak 1974,” terang Rita.
Rita juga menjelaskan, semula penghargaan ini hanya ada enam kategori diperlombakan. Antara lain, yakni liputan berkedalaman untuk media cetak, liputan berkedalaman untuk media siber, liputan berkedalaman untuk media televisi, liputan berkedalaman untuk media radio, berita foto, dan karikatur jurnalistik.
“Mulai tahun ini bertambah satu kategori yaitu kategori video berita yang ditayangkan di media sosial ini tentu mengikuti perkembangan pemberitaan akhir-akhir ini,” bebernya.
Seminar ini diharapkan memberikan gambaran terkait karya-karya yang terpilih meraih penghargaan Adinegoro. “Terpenting kemenangan dari Anugerah Jurnalistik Adinegoro merupakan contoh karya jurnalistik yang terbaik di Indonesia,” pungkas Rita Sri Hastuti.
Sementara itu, Sekjen PWI Pusat yang juga Ketua Panitia Pusat HPN 2023, Mirza Zulhadi menyebut penghargaan Adinegoro masih sangat berharga di dunia kewartawanan. Namun meski begitu, dirinya juga menyoroti banyaknya media cetak yang berguguran.
“Ternyata kita tangisi kawan-kawan yang mungkin kehilangan pekerjaannya dan tidak bisa melanjutkan profesinya, kepiawaiannya dalam menulis,” ucap Mirza dalam acara yang sama.
Menurut Mirza, media cetak berakhir sebenarnya tak perlu ditangisi karena akan bermigrasi ke suatu yang baru.
“Kalau dipersiapkan bagus bisa saja lebih maju dan lebih berkembang. Kalau di Adinegoro, media cetak tetap ada dan eksis, di sini kayak di Medan tetap eksis dan beberapa daerah juga begitu,” pesannya.
Tujuh kategori yang diperlombakan dalam Adinegoro akan tetap dipertahankan, bahkan mungkin bertambah. Mirza memastikan pula kegiatan penghargaan Adinegoro ini akan ditingkatkan menjadi lebih semarak dan besar.
‘PWI akan mendorong terus bagaimana anugerah ini menjadi sebuah kebanggaan, tradisi tentang sebuah kualitas, pencapaian dari karya-karya yang memang diharapkan akan terus bergulir ke depan dan semakin bertambah kekayaan warna jurnalistik Indonesia,” tutup Mirza Zulhadi
Lima dari tujuh pemenang yang hadir yaitu Hayu Yudha Prabowo (Kliktimes.com) lewat karya berjudul ‘Tolong Korban’, Salma Amin (RRI Nunukan) lewat karya berjudul “Tanah Kami Indonesia Selamanya’, Maryo Sarong (Kompas TV) lewat tayangan berjudul ‘Berkas Kompas Episode Siapa Jaya Masyarakat Adat?’, Farid S. Maulana (Jawa Pos) lewat tulisan berjudul ‘Jangan Sampai 135 Nyawa Cuma Jadi Angka: Pengingat dari Lagu, Mural, dan QR Art’, serta Arbi Sumandoyo (Narasi) lewat karya berjudul ‘Momen-momen Brutal Menjelang Kematian Massal.
Dua pemenang lainnya yakni Thommy Thomdean (Harian Kompas) lewat karya ‘Tragedi Bola’ dan Satrio Pangarso Wisanggeni (Kompas.id) lewat tulisan berjudul ‘Mau Cepat Impas, Pilih Kuliah Keguruan atau Kedokteran’.
Sementara para dewan juri yang hadir di antaranya Fachri Mohamad dari Kategori Jurnalistik Radio, Apni Jaya Putra dan Hariqo Wibawa Satria dari Kategori Jurnalistik Video di Media Sosial, Mulharnetti Says dari Kategori Jurnalistik Siber, Noorca Marendra Massardi dan Tjandra Wibowo dari Kategori Jurnalistik Televisi, Asro Kamal Rokan dan Sri Mustika dari Kategori Jurnalistik Cetak, Oscar Motuloh dan Melly Riana Sari dari Kategori Jurnalistik Foto, Gatot Eko Cahyono dan Dolorosa Sinaga dari Kategori Jurnalistik Karikatur. (*)