Serumpunsebalai.com, Palembang – Jabatan Herman Deru dan Mawardi Yahya selaku Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Selatan akan berakhir 1 Oktober 2023 ini.
Setelah itu, jabatan Gubernur Sumsel akan di isi oleh Pejabat Gubernur sampai digelarnya kembali pemilihan kepala daerah pada 27 November 2024.
Siapa yang akan kembali memimpin Sumsel pada periode 2024 hingga 2029 nanti? Yang pasti pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya menyatakan akan kembali bergandengan tangan ikut maju dalam pilkada tersebut.
Dalam acara sidang paripurna DPRD Sumsel yang digelar 1 September 2023 lalu dengan agenda pemberhentian jabatannya, Herman Deru menyatakan ingin maju kembali. “Kami ingin pamit dan singgah di restoran area. Kalau perjalanan 10 km, pada Km 5 kami istirahat untuk berjuang pada estafet berikutnya,” ujarnya. Jelas ungkapan ini sudah menandakan pasangan tersebut akan berada dalam satu perahu.
Selain dua nama tersebut selama setahun ini, masyarakat Sumsel disodorkan nama Heri Amalindo, Bupati Panukal Abab Lintang Ilir yang akan segera berakhir jabatannya sebagai Bupati. Sudah 10 tahun juga dia memimpin PALI.
Hampir setahun ini, baleho maupun spanduk Heri Amalindo bertebaran di kota Palembang termasuk di beberapa wilayah Sumsel.
Setelah nama Heri Amalindo ada juga disebut nama Edi Santana mantan walikota Palembang yang kini menjabat anggota DPR RI.
Sayang sekali, dari dua nama itu, belum ada yang sekaliber Herman Deru. Mantan Bupati Ogan Komering Ulu Timur itu, diyakini banyak orang akan terpilih kembali untuk kedua kalinya memimpin Sumsel. Susah bagi Heri Amalindo dan Edi Santana melawan Herman Deru walaupun mereka berdua bergabung menjadi satu. Boleh dikatakan sampai saat ini belum ada nama hebat atau orang yang punya prestasi hebat yang akan mampu menggeser Herman Deru dan Mawardi Yahya.
Kalau dulu masih ada Dodi Reza Alex Noerdin mungkin itulah nama yang sepadan buat melawan keduanya. Apesnya Dodi yang dikalahkan Herma Deru dalam pilkada 2018 lalu. Saat itu, pasangan Dodi Reza dan Giri Ramanda Kiemas hanya mampu meraup 1.200.625 suara sedangkan pasangan Herman Deru meraih 1.394.438 suara. Peluang Dodi untuk maju kembali akhirnya putus sudah setelah Dodi tersangkut kasus korupsi dan kini dia pun masih berada di penjara.
Jadi, nama Heri Amalindo dan Edi Santana bukanlah lawan kuat bagi Herman Deru dan Mawardi Yahya. Prestasi Heri Amalindo sebagai Bupati PALI 2 periode pun boleh dikatakan tidak moncer atau biasa biasa saja. Bahkan boleh dikatakan masih sukses Nanan atau Prana Sohe saat memimpin Kota Lubuk Linggau selama 10 tahun. Atau lebih bagus Mutadin Serai yang menjadi Bupati Ogan Komering Ulu Selatan dan almarhum Djazuli Kuris yang memimpin Kota Pagar Alam.
Jika kita melihat dari satu sisi saja yakni kantor pemerintahan, almarhum Djazuli Kuris mampu membangun kantor walikota di daerahnya dan Mutadin Serai juga mampu membangun kantor Bupatinya yang bagus. Tetapi Heri Amalindo, sampai 10 tahun menjabat kantor bupati pun tidak terbangun. Kantor masih menumpang atau menyewa. Sungguh tragis!!!
Melihat dari hal ini saja orang bisa menilai bahwa Heri Amalindo belum layak untuk menjadi Gubernur Sumsel. Dari sisi lainnya jika dibongkar lebih banyak lagi akan lebih tampak lagi seperti kota PALI yang masih seperti dulu belum tampak kemajuan berarti tidak seperti Kota Lubuk Linggau yang maju pesat saat dipimpin Nanan.
Menurut survei yang dilaksanakan Lembaga Kajian Publik Independen beberapa waktu lalu, pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya masih memiliki angka kepuasan masyarakat yang dipimpinnya sebesar 79 persen.
Dari hasil survei ini bisa dikatakan bahwa hanya Herman Deru dan Mawardi Yahya lah yang layak memimpin Sumsel periode berikutnya. Nama nama lain sebaiknya menunggu untuk 5 tahun berikutnya. Berat menghadapi dua nama tersebut.
Kondisi bisa saja berubah jika pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya pecah. Ada isu isu yang beredar bulan-bulan ini yang juga dilontarkan orang orang di Partai Gerindra tempat Mawardi bernaung sekarang bahwa dia akan maju sebagai gubernur. Tetapi penulis yakin bahwa itu hanya sekadar isu. Tetaplah pasangan Herman Deru dan Mawardi Yahya bersatu untuk lebih membuat maju Sumsel pada tahun tahun mendatang.
Dalam bahasa Ambon pasangan tersebut boleh dikatakan Seng Ada Lawan artinya tidak ada lawan. (Reza)
Penulis Ocktap Riady, pengurus PWI PUSAT, mantan Ketua PWI SUMSEL 2 periode