Serumpunsebalai.com, Palembang – Dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) Reza Ghasarma, terpidana kasus pelecehan terhadap mahasiswinya lewat chat sudah bebas dari penjara. Kebebasan Reza ternyata menjadi polemik sebab Reza masih tercatat sebagai ASN dosen tetap Unsri.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Unsri, Juan Aqshal mengatakan pihaknya tidak akan diam begitu saja ketika terdapat isu-isu yang beredar bahwasannya dosen yang melecehkan mahasiswi lewat chat itu sudah bisa menghirup udara bebas dan ternyata masih aktif sebagai dosen di Unsri.
“Kami selalu berusaha untuk senantiasa menciptakan iklim pendidikan yang aman dan nyaman dari predator seksual seperti ini, tidak ada ruang sedikitpun untuk mereka pelaku pelecehan seksual,” ujarnya, Kamis (9/5/2024).
Menurutnya, BEM Unsri tidak ingin kejadian yang sama terjadi yang kedua kalinya apalagi Reza Ghasarma masih aktif menjadi dosen di Unsri.
“Kami sedang mendalami untuk memvalidasi berbagai macam informasi ke segala pihak terkait. Ketika ada hal yang tidak baik-baik saja atau ada pihak yang memberikan celah untuk pelaku masuk kembali. Maka secara tegas kami sampaikan akan ada gerakan lanjutan yang lebih keras dari kami dalam menolak hal ini,” tegasnya.
Juan menegaskan,tidak dapat menerima pelaku untuk kembali mengajar ataupun beraktivitas kembali di lingkungan kampus. Menurutnya, apa yang telah dilakukan dosen tersebut dalam mencoreng nama baik Unsri serta keresahan yang telah dirasakan oleh para korban sebelumnya tidak bisa dipulihkan hanya dengan hukuman sesingkat ini.
“Saya tidak ingin hal-hal seperti ini terjadi kembali di kemudian hari, seharusnya Unsri dapat memaknai permasalahan tempo hari dengan bijaksana dan tentunya dengan dorongan kita bersama,” imbuhnya.
Ia menyebut, pihaknya saat ini sedang menginisiasi pertemuan BEM se-Unsri dengan jajaran Rektorat agar tidak terjadi penyimpangan informasi. Hal ini juga sebagai bentuk solidaritas sikap BEM se-Unsri dalam menyikapi permasalahan ini.
“Tidak ada ruang bagi predator seksual! Tolak mereka masuk kembali!. Ketika suara kami mahasiswa ditolak tanpa ditimbang, maka hanya ada satu kata untuk kami “Lawan!,” pungkasnya. (Retok)