Serumpunsebalai.com, Jakarta – Mantan wartawan (Tempo, Editor dan Tiras) Totok Amin Soefijanto, Ed.D dilantik sebagai direktur Akademi Televisi Indonesia (ATVI) yang baru, Senin (15/7/24) di Kampus ATVI, Jalan Daan Mogot No10-11, Jakarta Barat. Pelantikan dihadiri oleh segenap civitas akademika ATVI, dengan seremoni yang singkat dan sederhana.
Dalam sambutannya, Ketua 1 Yayasan Indosiar Suryani Zaini, SH., M.Kn mengaku sudah cukup lama mengincar Totok Amin Soefijanto untuk menahkodai lembaga yang sudah dirintisnya itu, agar semakin berkembang sesuai tuntutan zaman. Suryani pun memberi tugas pada Totok untuk meningkatkan kualitas para dosen ATVI, meningkatkan kurikulum dan memandu ATVI agar bertransformasi menjadi sebuah institut/universitas.
Totok mengaku menerima tawaran menjadi direktur ATVI lantaran ia melihat ada kebutuhan untuk memajukan bisnis digital yang masih tertinggal. Selain itu, menurut Totok, literasi masyarakat kita terhadap informasi masih rendah sehingga mereka menjadi mangsa empuk hoax, judi online, pinjaman online, dan lain lain.
“Dari institusi ini kita berharap bisa memberi kontribusi agar masyarakat bisa lebih melek informasi,” katanya.
Totok pun mengamini “amanat” yang dibebankan oleh ketua yayasan. Bahwa semua institusi pendidikan harus meningkatkan kualitas pendidiknya. Selain itu, kurikulum harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada masyarakat.
“Dan itu kebetulan bidang saya,” katanya.
Menurut Totok, selama ini orang melihat kurikulum sebagai sesuatu yang sakral. Padahal itu bisa disesuaikan dengan kondisi sekitarnya. Sementara untuk menjadi institut/ universitas, ATVI sedang berproses. Untuk jadi universitas perlu lima fakultas. Sementara di ATVI sudah ada 3 fakultas tinggal membuka dua fakultas baru. Semua target itu akan diselesaikan dalam masa jabatannya selama 5 tahun ke depan.
Bagi Totok, tantangan terbesar untuk mengembangkan dunia digital adalah soal mindset. Kalau skill anak anak muda sudah banyak yang pintar. Tapi mindset-nya masih tradisional. Etos kerja masih rendah, disiplin masih kurang dan masih feodal.
“Masih melihat senioritas. Takut mengeluarkan ide ide baru. Jadi lebih banyak unsur budaya dan soft skill-nya,” kata Totok.
Sebelum menjadi Direktur ATVI, Totok sempat menjadi dosen di Universitas Paramadina, Jakarta. Di Paramadina, ia menduduki jabatan sebagai Deputi Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina selama 10 tahun (2007-2017).
Selain itu, ia juga sebagai penguji luar program S3 di Universitas Negeri Jakarta. Totok juga pakar senior di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), senior policy advisor di Tim Gubernur Provinsi DKI Jakarta selama 5 tahun (2017-2022), Education Knowledge Management Specialist ACDP (Analytical & Capacity Development Partnership) selama 2 tahun (2015-2017) di Kemendikbud dan pernah menjadi Ketua dan Anggota Dewan Juri Frans Seda Award di Universitas Katolik Atmajaya (2011-2016). Terakhir, Totok mendirikan Strategic Policy Institute for Indonesia (2022-2024) dan menjadi Dewan Pakar tim AMIN di Pilpres 2024.
Totok memperoleh gelar “Ed.D” (Doctorate of Education) pada bidang Kurikulum dan Pembelajaran dari Boston University dan gelar MA (Master of Arts) pada bidang Ilmu Komunikasi dari Emerson College di Boston. Pada 2014, ia mendapatkan anugerah Boston University Alumni Award atas kontribusinya pada profesi pendidikan. Selama studi doktoralnya, Totok bekerja sebagai Asisten Riset/Konsultan pada Harvard Program on Humanitarian Policy and Conflict Research (HPCR), Harvard University.
Sebelum melanjutkan studi ke Amerika Serikat, Totok adalah seorang wartawan selama hampir 11 tahun di beberapa majalah berita terkemuka, seperti Tempo, Editor dan Tiras (1986-1997). Buku teks yang pernah disusunnya adalah Integrated Marketing Communications in Indonesia: Success Story (2012), The Dancing Leaders 2.0 (2013), telah diterbitkan oleh Gramedia dan Penerbit KOMPAS; co-editor untuk Menyelami Pasar Tanah Abang (2020) oleh Balai Pustaka dan Bergerak dalam Senyap (2022) oleh Expose. Ia juga kerap menulis opini dan menjadi pembicara di beberapa media massa cetak dan elektronik di Indonesia. (Retok)