Tajassus ialah dimana seseorang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain dengan tujuan untuk membongkar noda seseorang dan mempermalukannya, disebut tajassus (bahasa Arab) dengan Bahasa Indonesianya yakni ‘gibah’.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hujurāt ayat 12)
Perbuatan tajassus tentu memiliki dampak yang merugikan, tajassus itu sendiri dapat merusak hubungan antar manusia dan memecah belah persaudaraan. Ketika seseorang sengaja mencari-cari kesalahan atau mengungkap aib orang lain, hal tersebut akan menciptakan ketidakpercayaan, permusuhan, dan perselisihan antara individu atau kelompok. Keharmonisan hubungan sosial akan terganggu dan terjadi keretakan dalam komunitas. Selain itu, tajassus juga dapat merusak harga diri dan privasi seseorang.
Ketika dilihat dari sudut pandang ibadah manusia, Allah swt juga amat menitik beratkan pada hal yang berkaitan dengan tatanan sosial atau kemasyarakatan, dengan mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan Allah swt dan Rasulullah. di dalam al-Qur‟an, antaranya adalah menjauhi segala sangkaan buruk (suudzon), mencari-cari kesalahan (tajassus), menceritakan aib saudaranya, yang pasti akan menyakiti hati orang yang mendengar. Kedua sifat tersebut tergolong sifat tercela yang amat dibenci dan dilarang Allah Swt dan Rasul-Nya. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Barangsiapa mencari-cari kesalahan saudaranya, maka Allah Swt akan menampakan kejelekannya (HR. Bukhari).
Pada tulisan kali, penulis bukan untuk mengupas tuntas arti hadis Rasulullah Saw tersebut ataupun ayat suci Al-Quran, akan tetapi lalat ini dapat terbang 8 km per jam, dan juga hidup dalam kurun waktu 30-60 hari, kerapkali menyusahkan manusia, jika terkurung di ruangan lalat membuat suara bising dan akan berputar-putar nggak jelas. Lalat tak suka kebersihan, senang sekali dengan sampah dan tempat kotor, serta tempat-tempat yang menjijikan.
Tak berbeda dengan orang yang gemar tajassus, hewan bernama lalat ini dapat juga digunakan sebagai analogi bagi orang yang juga suka melakukan perbuatan-perbuatan tajassus. Hewan kecil lalat ini dipakai sebagai tamsil buat orang yang gemar dan sibukkan dirinya mencari kesalahan atau keburukan orang lain.
Seburuk-buruk manusia adalah yang sibuk mencari dan mengurusi kesalahan orang lain, ibarat seekor hewan lalat ini, ia gemar dan senang mencari-cari tempat yang kotor dan menjijikan. Diibaratkan lagi orang yang suka mencari-cari kesalahan dan keburukan orang lain, ibarat lalat yang suka terbang untuk mencari nanah dan luka yang busuk.
Apapun profesi dan latar belakang kita, hendaknya jangan sampai menjadikan diri kita suka tajassus, karena orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain, hatinya akan buta, hati akan mati, badannya akan merasa letih, dan akan sulit baginya meninggalkan keburukan diri sendiri.